Mengapa Memilih Kreasi Ogoh-ogoh dalam membuat Kreasi Carnaval Tingkat Kecamatan Purbolinggo? Adalah sebuah pertanyaan yang mengiang ketika menyaksikan secara langsung gelaran kegiatan Carnaval memeriahkan HUT RI 71 th tingkat Kecamatan Purbolinggo pada Selasa 16 Agustus 2016.
Rombongan Peserta Karnaval yang melakukan pawai mulai dari tingkat SD/MI, SMP hingga SMA/SMK rata-rata membuat kreasi Ogoh-ogoh, Jumlahnya bervasriasi mulai dari satu buah hingga beberapa buah. Ukurannya pun beragam dari ukuran mini hingga raksasa. Ukuran kreasi ini biasanya mengikuti kemampuan yang akan membawa.
Dalam situs Wikipedia disebut bahwa Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa.Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari.
Dalam perkembangannya, Ogoh-ogoh untuk carnaval pun sudah mengalami modifikasi bentuk dan tokoh yang dibuat.
Sebagai sebuah karya seni, tidak ada yang salah ketika peserta karnaval memilih Ogoh-ogoh sebagai kreasi yang ditampilkan. Ini juga bagian dari khasanahn budaya dan seni asli Indonesia. Yang menjadi pertanyaan bagi penulis adalah kenapa mayoritas rombongan peserta Karnaval berkreasi hampir seragam yaitu Ogoh-ogoh? Bahkan terkesan (maaf) seperti menenggelamkan kreasi lain yang sebetulnya tidak kalah menarik, tetap mencerminkan budaya dan Seni Indonesia,dan melambangkan sisi yang lebih edukatif, dan yang lebih penting memiliki pesan dan spirit membangun mental generasi Muda.
Kreasi dan tampilan seni tradisional seperti Kuda Lumping, Reog Ponorogo, Group rebana yang menonjolkan kemampuan si pemain dan keharmonisan irama pengiring bisa menjadi spirit melestarikan kesenian tradisional dan religius. Namun jumlahnya ternyata tidak sebanding dengan kreasi yang penulis sebut di pragraf sebelumnya.
Semoga ini bisa menjadi bahan refleksi bagi semua pihak. Peserta Karnaval yang notabene sebagai penentu kreasi dan tampilan yang akan diusung dalam karnaval mungkin kedepan perlu mengukur berapa jumlah kreasi, komposisi dan jenis kreasi sehingga kesan yang muncul tidak monoton.
Sedangkan bagi panitia penyelenggara, kondisi ini bisa dijadikan acuan dasar dalam membuat aturan perlombaan. Tidak harus membatasi jenis dan bentuk kreasi, tapi lebih mendorong menentukan tema untuk masing-masing peserta sehingga karnaval Purbolinggo bisa menjadi sebuah agenda yang lebih baik.
Masyarakat umum sebagai penikmat, sepatutnya mengambil sisi positif dari seluruh tampilan kreasi. Lihatlah secara proporsional dan secara pro aktif memberi masukan pada lembaga atau institusi yang menjadi peserta karnaval.
Semua tentu bertujuan baik. dan Demi kegiatan di Kecamatan yang memiliki nilai baik bagi semua pihak.
Sebagai saran, bagimana jika tema kedaerahan, (kearifan lokal) juga bisa di representasikan dalam Kegiatan Karnaval kedepan. Semoga Kegiatan yang Bertujuan Memeriahkan Peringatan Hari Ulang Tahu Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi lebih baik.
Sumber Bacaan :
https://id.wikipedia.org/wiki/Ogoh-ogoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar