Senin, 16 Mei 2016

Gerakan Belanja Ke Warung Tetangga

Lampung Timur

Mari Dukung Gerakan Belanja Ke Warung Tetangga, sebagai sebuah Gerakan Sosial Mendukung Perekonomian Lokal.

Setiap hari kita membelanjakan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Sadarkah bahwa yang yang kita belanjakan memberi manfaat yang besar bagi setiap penyedia barang / jasa (para pedagang).

Namun munculnya konsep toko/warung modern  secara perlahan mengubah kebiasaan lama kita yaitu "Belanja Ke Warung Tetangga". Untuk kebutuhan tertentu kita kerap dengan mudah memutuskan untuk belanja ke toko/warung modern.

Tidak ada yang salah dengan keputusan Anda kemana pun membelanjakan uang. Karena itu adalah hak pemilik uang.

Namun mari kita lihat dengan nurani kita, sebelum muncul gerai toko modern masuk ke berbagai penjuru wilayah, bahkan sudah masuk hingga perdesaan, siapakah orang yang menyediakan berbagai kebutuhan kita?

Ya.. para pedagang yang letaknya dekat dengan rumah kita (tetangga). Mereka Adalah orang yang kita Kenal. Mereka pun mengenal kita.  Mungkin saja mereka  masih termasuk tetangga dekat, kerabat atau bahkan mungkin saudara kita.

Mereka berdagang tentu bertujuan untuk mencari penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka juga mencari biaya untuk menyekolahkan anak (sama dengan apa yang kita lakukan). Bahkan mereka juga menyisihkan uang hasil usaha mereka untuk kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal kita. Sebagai misal di lingkungan ada kegiatan peringatan hari besar nasional atau keagamaan mereka pun berpartisipasi dengan uang hasil usaha mereka.

Tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Segala bentuk kesusahan yang kita alami, tetangga pasti tak akan tinggal diam.  Mereka bisa saja memberikan simpati bahkan hingga memberikan uluran kepedulian. Tetangga berdagang penuh dengan tolerasi dan kekeluargaan.

Mari kita lihat ilustrasinya.
Jika dalam sebuah wilayah Kecamatan berpenduduk 50.000 jiwa. Masing masing orang membelanjakan uang
Rp. 3.000,-/per hari maka ada total uang yang dibelanjakan Rp. 150.000.000,-
Jika Rp. 4.000,- = Rp. 200.000.000,-
Jika Rp. 5.000,- = Rp. 250.000.000,-
Jika Rp. 10.000,-/orang = Rp. 500.000.000,- perhari yang berputar di wilayah kita.

Tetapi Mari kita lihat Fakta?
Apa jadinya jika perputaran uang dalam satu wilayah ternyata malah banyak terserap keluar wilayah melalui: toko/warung Modern yang notabene tidak menjual produk warga lokal atau bahan bakunya bukan berasal dari wilayah lokal. Berarti manfaat bagi warga lokal jumlahnya sangat kecil. Bukan aja manfaat ekonomi. Dampak secara sosial, juga tidak begitu bisa dirasakan oleh masyarakat lokal.

Jika yang tersebut sebagian besar dibelanjakan melalui warung di sekitar, maka uang itu akan dibelanjakan lagi ke;
1. Pasar untuk jenis barang yang diproduksi secara massal oleh pabrik.
2. Kepada tetangga yang bekerja sebagai petani yang menanam sayur mayur dan hasil bumi lainnya.
3. Pelaku usaha Mikro (home industri) pembuat makanan ringan =keripik, kelanting, kerupuk, gorengan, kue dll.
4. Untuk kebutuhan hidup pribadi dan akan dibelanjakan juga disekitar nya.

Mari kita analisa:

Berapa banyak orang yang menerima manfaat dari besaran uang tersebut diatas. ?  Tentu Banyak he he he.. jumlahnya bisa puluhan, ratusan bahkan ribuan orang yang akan menerima manfaat baik langsung maupun tidak langsung dari perputaran uang tersebut. Para petani makin bergairah untuk bercocok tanam, pelaku usaha Mikro dan Home industri makin berkembang, tenaga kerja lokal akan banyak terserap. Lalu akan tercipta lapangan kerja baru bagi pemasar keliling (kampaser produk makanan ringan, kerajinan dan lain lain).

"Gerakan Belanja Ke Warung Tetangga" bisa menjadi momentum untuk menguatkan perekonomian lokal.

Cara Mendukung Gerakan ini cukup mudah.. KLIN DI SINI lalu Sukai
Terimakasih



Senin, 09 Mei 2016

Partisipasi Pemuda Desa Dalam Gotong Royong

Pengurus Karang Taruna Kesuma Dirgantara
Desa Tanjung Kesuma melaksanakan A
ksi Peduli Keselamatan Pengguna Jalan. Foto diambil
di Jl. Bungur Raya, Desa Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo
Lampung Timur (09/05/2016)
Pemuda Harapan Bangsa, bukanlah istilah yang asing bagi kita. Kerap didengungkan, namun minim diberi ruang peran dan partisipasi.
Contoh kecil adalah keberadaan pemuda desa. Jumlahnya tidaklah sedikit. Namun seringkali keberadaannya tak signifikan dalam memberikan kontribusi bagi pembangunan desa.
Mengapa??
1. Apakah karena Pemudanya enggan aktif berkegiatan di desa?
2. Ataukan karena sikap Aparatur Pemerintah Desa yang kurang pro aktif memerankan pemuda dalam pembangunan desa?
Keduanya bisa benar adanya. tinggal porsinya besar yang mana.
Jika butir pertama yang terjadi, patutlah dipertanyakan di sebuah desa ada berapa organisasi yang semestinya ada dan dikhususkan bagi pemuda untuk berkegiatan. Belum lagi ada lembaga desa yang secara khusus ditugasi memberdayakan pemuda. Apakah sudah berperan optimal?